Senin, 16 November 2009

Mohamad Roem pantas jadi pahlawan

Muhammad Roem
Muhammad Roem adalah tokoh pejuang diplomasi dalam kemerdekaan, terutama ketika awal kemerdekaan Republik Indonesia, dimana pengakuan dunia International masih harus diperjuangkan. Peranan beliau sangat menarik dalam peran politik. Muhammad Roem adalah pemuka tokoh partai Islam dan pernah menjabat menjadi Menteri Dalam Negeri selama tiga kali dalam tiga cabinet, serta pernah dipercaya sebagai wakil Perdana menteri dalam Kabinet pertama setelah tahun 1955. Ketika Perdana Menteri dipimpin oleh Mohamad Natsir Muhammad Roem menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Dalam perjalanan perjuangan bangsa ini beliau selalu berurusan dalam bidang diplomasi.
Kepiawaian Mohamad Roem dalam urusan diplomasi memandang beliau sebagai tokoh perjuangan kemerdekaaan dalam spesialis masalah diplomasi, misalnya saja perjanjian van Roijen-Roem sebagai gerbang dari Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB), keberhasilan dalam perjanjian Roem-Royen pada 17 Mei 1949 berhasil mendapatkan dukungan dari dunia Internasional melalui PBB untuk mendesak Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RI
Tentulah beliau sangatlah cocok menjadi seorang pahlawan mengingat jasa-jasa beliau setelah proklamasi kemerdekaan, usaha-usaha beliau dalam memperoleh pengakuan dunia International membuahkan hingga akhirnya pada waktu Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kemerdekaan RI. Walaupun demikian memang tidak dapat dipungkiri peran senjata dalam usaha mempertahankan kemerdekaan waktu itu sangatlah penting, tetapi tanpa kemahiran dalam Diplomasi /Lobi-lobi di suatu perjanjian sangatlah penting. Karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia adalah tidak lain dari persilangan antara perpaduan perang dengan senjata serta kepiawaian dalam berkata-kata.
Kita tahu ketika perundingan pertama yang bertempat di Hoge Veluwe pada musim semi 1946, ternyata gagal, waktu itu belanda hanya mengakui de facto Republik Indonesia hanya di Jawa saja. Kemudian dilanjutkan lagi pada tahun 1946 sedikit berhasil dengan ditariknya pasukan Inggris dari Indonesia , hanya saja hasil dari perundingan ini dikhianati oleh Belanda dengan melakukan Agresi militer. Hingga Belanda pun dikecam oleh dewan keamanan PBB dan mendesak untuk segera diselesaikan dengan cara berunding, hingga akhirnya Belanda menerima. Tentu jalan Diplomasi adalah jalan yang paling banyak dilakukan dari pada perang langsung setelah proklamasi kemerdekaan juga tidak lepas akan kekuatan pada Diplomasi.
Tokoh Militer
Jenderal Anumerta Basuki Rakhmat
Basuki Rakhmat dilahirkan di Tuban (Jawa Timur) pada 4 November 1921. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya ia juga pernah menjadi guru. Ketertarikan dengan profesinya sebagai Guru adalah bentuk kepedulian akan mencerdaskan anak bangsa sebagai penerus bangsa. Ia paham untuk melawan belanda tidak perlu keberanian mengangkat senjata semata melainkan harus mempunyai ilmu pengetahuan, ia sadar hanya dengan profesi sebagai gurulah yang dapat mencerdaskan generasi pejuang, ia juga tidak pandai dalam mengangkat senjata sehingga ia hanya pilih profesi sebagai guru.
Sedangkan keterlibatannya dalam dunia militer adalah karena terpaksa mengingat keadaan Indonesia yang harus melawan melalui senjata, sedangkan angkatan perang Indonesia sedikit. Pada umumnya, waktu itu seorang pemuda lazim jika berbondong-bondong memasuki pendidikan militer. Basuki Rakhmat pada mulanya ia mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (Peta), setelah ia selesai dengan pendidikannya, ia diangkat sebagai shodanco Peta untuk daerah Pacitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar